Tuesday, June 20, 2017

Tea; A Hug in A Cup




Sejak punya anak sekitar 9 tahun lalu, bisa dikatakan saya tidak pernah ikut acara bukber lagi selain acara bukber di kantor. Pernah ikut 3 kali dalam 9 tahun ini, bukber  teman-teman SMA di Bandung, bukber The Urban Mama Bandung, dan bukber The Urban Muslimah di Jakarta. Sudah, itu saja.
Daripada berbuka puasa di luar, saya lebih suka berbuka puasa di rumah, bersama keluarga. Untuk urusan ibadahpun, lebih khusyu' bila dikerjakan di rumah. Waktu, tenaga, dan biaya juga lebih hemat :) Ya memang dasar saya orangnya rumahan banget, mager kalau ngga penting-penting amat. Malah salah satu sepupu saya pernah bilang, kalau ada kebakaranpun sepertinya saya akan tetap mengunci diri di dalam kamar. Lalu beberapa teman saya bilang, pasti kamu lagi kreatif teu puguh ya di kamar. Rasanya betah aja berlama-lama di kamar, di rumah. Bisa bebas ngapa-ngapain.
Menu berbuka juga standar, teh manis hangat dan makanan manis seperti kurma dan buah-buahan. Shalat Tarawih lebih suka di rumah, berjamaah bersama suami. Karena dia sampai rumah pasti di atas pukul 8 malam. Jadi bisa shalat tarawih dengan tenang, tidak terburu-buru. Enaknya jadi makmum, cuma ikut-ikutin gerakan dan bacaannya imam aja. Ga perlu mikir-mikir mau baca doa apa dan ga perlu ingat-ingat ini sudah rakaat keberapa :D
Sesekali di malam libur setelah Tarawih, kami pergi motoran berdua buat ngeteh-ngeteh manja di seputaran Cibubur. Tetap ya, minumnya teh manis hangat. Rasanya seperti dipeluk, hangat dan menenangkan sekali, ngeteh bersama orang-orang yang kita sayang. Ngobrol-ngobrol gak penting, kadang ngga ngobrol juga, cuma main-mainin HP menikmati malam.
Kalau sudah mulai digigitin nyamuk dan berasa masuk angin gitu, baru deh kita pulang.
Bagaimana dengan malam-malam Ramadanmu?

Friday, June 09, 2017

Maaf Ibu



Nonton video kolaborasi Anggun Cipta Sasmi & Andien Aisyah di lagu Kasih Ibu @PanteneID & Downy di http://tiny.cc/maafibu, membuat saya teringat pada almarhumah ibu.
Foto ini diambil suster RS sesaat setelah saya lahir. Ini foto favorit ibu, karena mata saya terbuka & sadar kamera! :)
Sejak saat itu, ibu yang selalu wangi & kuat ini adalah my very BFF.  Bersahabat dengannya selama 29 tahun, adalah my heaven on earth.
Hubungan saya dengan ibu adalah hubungan mother-daughter yang ideal, #RelationshipGoals kalau kata anak muda masa kini. 

Ibu adalah ibu peri, berlama-lama melewatkan waktu bersamanya adalah surga dunia. Menyenangkan. Rasanya saya tak perlu punya banyak-banyak teman di luar sana, cukup bersama ibu.
Ibu merawat saya dengan sangat baik, dari hal-hal besar sampai hal-hal kecil seperti perawatan rambut dan pakaian.
Saya ingat dari kecil saya terbiasa dikrimbat oleh ibu, memakai rempah-rempah kelapa, lidah buaya, urang aring, cemceman dan jeruk nipis. Ibu juga rajin mengepang rambut saya dengan model rupa-rupa dengan pita, bando dan jepit berwarna-warni :) Menurutnya rambut adalah mahkota, jadi harus dirawat agar sehat dan kuat. Kebiasaan merawat rambut ini terus berjalan sampai akhir hayatnya; kami memiliki jadwal ke salon setiap weekend.
Begitu pula dengan pakaian. Ibu suka sekali menjahitkan pakaian untuk saya. Saya akan mendesain modelnya dan ibu menjahitnya. Pakaian ibu selalu bagus-bagus dan wangi. Saya ingat saya sering memakai pakaian ibu dan ibu akan mendandani dan memotret saya. Sampai sekarang, saya masih menyimpan beberapa pakaian dan selimut ibu karena wanginya yang khas.
*****

Sampai saat ibu divonis menderita penyakit kanker tiroid stadium akhir, dan memilih tidak menceritakannya pada saya dan adik saya,  agar kami tidak khawatir.
Enam bulan sebelum kepergiannya, ibu berubah.  Lebih sering "pergi kencan" bersama bapak, sering melewatkan our pillow talk session, dan sering lupa pada hal-hal yang saya ceritakan.
Belakangan saya baru tahu bahwa penyakit ibu serius. Kencannya dengan bapak adalah hari-hari terberatnya untuk menemui dokter dan merencanakan operasi untuk mengangkat kankernya. Seringnya ibu melewatkan sesi pillow talk karena ia sedang mengonsumsi puluhan obat yang membuat ingatannya menurun drastis dan mudah mengantuk karena kanker yg dideritanya :(

Maaf Ibu, tak angkat telponmu. Menjawab ketus saat kau menelponku.
Maafkan aku, jarang beri waktu. Ngobrol denganmu, bertanya kabarmu.
Sering tak sabar saat kau bicara. Kadang lupa ulangtahunmu.
Maafkan aku, sering tidak pulang.
Sedang sibuk, selalu jadi alasan.

Ketika ibu dioperasi, saya sedang sibuk mengerjakan laporan di kantor sehingga tidak sempat mengecek HP dan membalas smsnya. 
Sesaat sebelum masuk ke ruang operasi, ibu mengirim teks:
"Ibu takut."
Setelah itu HP ibu dipegang bapak. Menyesal sekali tak sempat menjawab telepon ibu. 

Setelah itu hari-hari pasca operasi dan kemoterapi terasa berjalan lambat - membuat saya semakin jauh dari ibu, karena ibu lebih banyak melewatkan hari-harinya menginap di RS daripada di rumah. Katanya, di RS banyak perawat, dokter, juga alat-alat dan obat-obatan, jadi tidak perlu khawatir. Selain itu ibu juga tidak ingin merepotkan orang-orang di rumah untuk merawatnya.
Ketika menemani ibu dalam kondisi koma di rumah sakit, berbagai mesin dan alat bantu sudah menempel di tubuhnya. Dalam terpejam, dengan napas tersengal-sengal,  Ibu terlihat sangat kuat berjuang ingin segera sadar dan sembuh, agar bisa menjalani hari-hari serunya bersama saya ke salon, berbelanja, menemani ke dokter kandungan (karena saat itu saya sedang hamil tua), jalan-jalan dan baking bersama.

Saat itu saya sadar, begitu banyak pengorbanan ibu untuk saya. Saya harus segera melepas dan merelakan ibu untuk kebahagiaannya. Saya memeluk dan membisikkan #MaafIbu di telinganya.
#MaafIbu saya terlalu menuntut banyak, #MaafIbu saya tidak dapat  menemaninya di hari-hari terberatnya. 
Saya memeluknya lama sekali, saya menciumnya dan mengatakan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya selama hidupnya. Banyak sekali.
Dalam terpejam ibu mengeluarkan air mata dan esoknya 11 Mei 2009, ibu pergi dalam damai, dengan senyuman di wajah cantiknya.
We were raised by strong women.

#PanteneDownyXTUM
#TUMPhotoContest